Selasa, 19 April 2011

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 77


Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 77
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)
77. Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Imam Bukhâri meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (5/430):
“Telah bercerita kepada kami (Bukhâri) ‘Abdan dari Abi Hamzah dari al-A’masy dari Syaqiq dari ‘Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Siapa yang bersumpah untuk merampas harta dalam keadaan dia sengaja dusta, niscaya dia bertemu Allah dalam keadaan murka kepadanya. maka Allah menurunkan:
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)
77. Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

“Datanglah al-Asy’ats lalu berkata: “Apa yang disampaikan Abu ‘Abdirrahman kepada kalian itu mengenai saya lah ayat ini turun. Saya dahulu punya sebuah Perigi di tanah milik anak Paman saya. Lalu Nabi berkata kepadaku: “Saksi-saksimu”. Saya katakan: “Saya tidak punya saksi-saksi”. Beliau berkata lagi: “Sumpahnya”. Saya pun berkata: “Wahai Rasulullah SAW, kalau dia bersumpah, lalu Rasulullah SAW menyebutkan Hadis ini. Kemudian turunlah ayat itu sebagai bukti membenarkannya”.

KETERANGAN:
Imam Bukhari juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya: (6/70) dan (280), dengan redaksi: “Dahulu antara akau dan seorang Yahudi ada keributan tentang sebidang tanah”. Juga (210) dan redaksinya: “Antara aku dengan seseorang ada pertikaiaan tentang sesuatu”. Kemudian (hal.215), (9/280), (14/352, 368), (16/302). Imâm Muslim juga meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya (2/158). At-Tirmidzî juga meriyatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (2/254) dan beliau ulang dengan sanadnya (4/81). Abu Dawud juga meriwayatkan dalam Sunan Abî Dâwudnya (3/214, 215). Imâm Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dalam Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbalnya (1/426, 442 dan 5/211, 212). Ibnu Jarîr juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya (3/321). Ath-Thayalisi juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Musnad Abû Dawûdnya (1/246 dan 2/16). Imâm Jalâludin ash-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 3, 3/Ali-‘Imran). Ahmad Musthafâ al-Marâghî juga meriwayatkan dalam Tarjamah Tafsir al-Marâghinya (halaman: 330-331).



Imam Bukhâri juga meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (9/280):
“Telah bercerita kepada kami (Bukhâri) ‘Ali yaitu Ibnu Abu Hasyim, dia (‘Ali/Ibnu Abu Hasyim) mendengar dari Husyaim, katanya (Husyaim): “Al-‘Awam bin Hausyab telah mengabarkan kepada kami (Husyaim) dari Ibrahim bin ‘Abdurrahman dari ‘Abdullah bin Abi Aufa, bahwasanya ada seseorang yang menjual barang di pasar, lalu dia bersumpah tentang barang itu bahwa sungguh dia telah memberi dengan barang itu, sesuatu yang belum pernah dia berikan agar menjerumuskan padanya seseorang dari kalangan muslimin, lalu turunlah:
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٧٧)
77. Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

KETERANGAN:
1.    Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Barinya (14/369) berkata: “Tidak ada pertentangan antara kedua Hadis di atas, bahkan mungkin turunnya ayat di atas disebabkan kedua peristiwa tersebut”. Kemudia ia (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani) melanjutkan: “Bahwa ayat itu mungkin diturunkan karena beberapa sebab, akan tetapi mengenai hal tersebut yang paling baik untuk kita jadikan pedoman ialah apa yang ditetapkan dalam Kitab ash-Shahih”.
2.    Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud lebih Shahih daripada Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Abi Aufa, berdasarkan pendapat al-Hafizh adz-Dzahabi dalam Mizan al-I’tidalnya, ia (al-Hafizh adz-Dzahabi) berkata: “Dia (Ibrahim bin ‘Abdurrahman as-Saksaki) dianggap layyin (lemah) oleh Syu’bah dan an-Nasa’i tapi tidak ditinggalkan…………”.





BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (Imâm Bukhârî/Abî ‘Abdullâh Muhammad bin
Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah al-Bukhârî).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslim ( Imâm Muslim/al-Imâm Abî al-Husain Muslim
bin al-Haĵâj Ibnu Muslim al-Qusyairî an-Naisâbûrî).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfidz Abî ‘Îsâ
Muhammad bin ‘Îsâ bin Saurah at-Tirmidzî).
Fath al-Bâri (Al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî).
Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni (Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî
Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).
Mizân al-I’tidal (Al-Hâfizh adz-Dzahabî).
Musnad Abû Dawûd (ath-Thayâlisî/Sulaimân bin Dâwud ath-Thayâlisî).
Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal (Imam Ahmad/Ahmad bin Hanbal Abû
‘Abdullah as-Syaibâni).
Sunan Abî Dâwud (Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfidz al-Mushannif al-Mutqan Abî
Dâwud Sulaimân Ibnu al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).
Tarjamah Tafsîr al-Marâghî (Ahmad Musthafâ al-Marâghî).

Sabtu, 16 April 2011

TIPS AGAR UMAT ISLAM SELAMANYA TIDAK AKAN TERSESAT (menjauh dan menyimpang dari kebenaran agama Islam) DAN TIDAK STATIS (jumud/kaku/keras)


TIPS AGAR UMAT ISLAM SELAMANYA TIDAK AKAN TERSESAT (menjauh dan menyimpang dari kebenaran agama Islam) DAN TIDAK STATIS (jumud/kaku/keras)


1. Selamanya berpegang teguh pada al-Quran dan Hadits Nabi SAW: “Taraktu fiikum amraini lan tadhilu maa tamassaktum bihimaa, kitaa ballaahi wa sunnata nabiyihi”.
Artinya: Telah kutinggalkan bagimu dua perkara yang mana kamu tidak akan tersesat jika berpegang teguh kepada keduanya: yaitu “kitab Allah” (Al-Quran) dan “Sunnah” (Hadits) Rasulnya. (H.R..Ibn. Abdul Barri)


2. Mengambil substansi (inti/sari) sebuah kaidah: “Al-muhafadzatu ala al-qadimi al-salih wa al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah”.
Artinya: menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.


3. Menjadikan akal sebagai media/alat untuk berpikir (memahami teks maupun konteks).