Selasa, 14 Februari 2012

BERZINA HUKUMNYA HARAM


BERZINA HUKUMNYA HARAM


A.  Definisi Zina
1.    Zina Secara Etimologi
Zina secara etimologi berasal dari kata Bahasa Arab: زَنَى-يَزْنِيْ, artinya: “berhubungan badan” atau “bersetubuh”, (Kamus al-Munawwir, 2002; 588).

2.    Zina Secara Terminologi
Zina secara terminologi bermakna: “hubungan seks (bersetubuh) di luar nikah (tanpa menikah)”. Zina juga bermakna: “hubungan seks (bersetubuh) yang tidak sah (menurut Islam)”, (Kamus al-Munawwir, 2002; 588).



B.  Zina adalah Dosa Besar
Zina termasuk DOSA BESAR yang tidak diampuni oleh Allah SWT. KECUALI dengan “BERTAUBAT” dan “MENGINTROSPEKSI serta MENGEVALUASI DIRI”. Allah SWT. berfirman:
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا (٣٢)
32. Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (haram); dan suatu jalan yang buruk (dosa besar). {Surat al-Isrâ’ (17), Ayat: 32}.

Dan Firman Allah SWT:
إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٥)
5. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya). Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. {Surat an-Nûr (24), Ayat: 5}.

Serta Sabda Nabi SAW:
عَنْ عَائِشَةَ, أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ............... وَ للْعَاهِرِ الْحَجَرُ. {متّفق عليه}.
“Dari ‘Âisyah: “Sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: “……………..dan bagi orang yang berzina mendapatkan kecelakaan (siksaan atau adzab). {HR. Muttafaq ‘Alaih}[1].



C.  Hukuman-hukuman Bagi Para Pezina

1.    Hukuman Bagi Para Pezina yang Belum Menikah
Hukuman bagi para pezina yang belum menikah yaitu: “dicambuk (dipukul) seratus kali dan diasingkan selama satu tahun”. Allah SWT. berfirman:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (٢)
2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka cambuklah (pukullah) tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali cambukan (pukulan), dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. {Surat an-Nûr (24), Ayat: 2}.


Nabi SAW. bersabda:
عَنٍْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ وَ زَيْدِ بْنِ خَالِدِ الْجُهَنِّيِّ, قَالاَ: أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْاَعْرَابِ أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ............فقال {رجل}: فَاقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللهِ وَأْذَنْ لِيْ, فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُلْ, إِنَّ ابْنِيْ كَانَ عَسِيْفًا عَلَى هَاذَا فَزَنَى بِإِمْرَأَتِهِ............ فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: .............وَعَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيْبُ عَامٍ وَاغْدُ يَا أُنَيْسُ إِلَى امْرَأَةَ هَاذَا فَإِنِ اعْتَرَفَتْ فَارْجَمْهَا, قَالَ فَغَدَا عَلَيْهَا فَاعْتَرَفَتْ فَأَمَرَ بِهَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُجِمَتْ. {متّفق عليه}.
“Dari Abû Hurairah dan Zaid bin Khâlid al-Juhanny, mereka (Abû Hurairah dan Zaid bin Khâlid al-Juhanny) berkata: “Sesungguhnya ada seorang lelaki Arab datang menemui Nabi SAW……………………….. dia (lelaki ‘Arab) berkata: “Wahai Rasûlullâh SAW. Putuskanlah (tetapkanlah) di antara kami berdasarkan Kitâb Allah dan izinkanlah saya (mengemukakan permasalahan saya)!”. Rasûlullâh SAW. berkata: “Katakanlah”. (Lelaki ‘Arab tadi pun bercerita kepada Nabi SAW): “Sesungguhnya anakku telah menjadi pelayan orang ini (maksudnya: anaknya telah menjadi pelayan isterinya), suatu hari anakku melakukan zina dengan isterinya………………… Rasûlullâh SAW. bersabda: “……………..dan bagi anakmu seratus kali cambuk (pukulan) serta diasingkan selama satu tahun”. (Nabi SAW. bersabda): “Wahai Unais, sekarang pergilah kepada isteri orang ini, jika dia mengaku (telah bersetubuh dengan anaknya sendiri) maka jatuhkanlah hukuman RAJAM kepadanya”. Dia (Abû Hurairah) berkata: “Maka Unais pun datang menemui wanita tersebut, dan ternyata wanita tersebut mengakui perbuatannya. Maka Rasûlullâh SAW. memerintahkan agar wanita tersebut dihukum; maka wanita itu pun DIRAJAM. {HR. Muttafaq ‘Alaih}[2].


2.    Hukuman Bagi Para Pezina yang Sudah menikah (muhshan)
Adapun hukuman bagi para pezina yang sudah menikah (muhshan) adalah: “DIRAJAM”. Nabi SAW. bersabda:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمْ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَدَّثَهُ أَنَّهُ قَدْ زَنَى فَشَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُجِمَ وَكَانَ قَدْ أُحْصِنَ. {رواه البخاري, الدّارمي}.
“Muhammad bin Muqâtil telah bercerita kepada kami (Bukhârî), dia (Muhammad bin Muqâtil) berkata: “’Abdullâh telah mengabarkan kepada kami (Muhammad bin Muqâtil), dia (‘Abdullâh) berkata: “Yûnus telah mengabarkan kepada kami (‘Abdullâh) dari Ibnu Syihâb, dia (Ibnu Syihâb) berkata: “Abû Salamah bin ‘Abdurrahmân telah bercerita kepada kami (Ibnu Syihâb) dari Jâbir bin ‘Abdullâh al-Anshâry: “Sesungguhnya seorang lelaki Muslim datang menemui Rasûlullâh SAW. dan berkata kepada beliau SAW: “Sesungguhnya dia (lelaki Muslim tersebut) telah berzina; maka dia bersaksi empat kali atas dirinya sendiri; sedangkan dia (lelaki Muslim yang mengaku telah berzina tersebut) telah menikah (telah beristeri). Maka Rasûlullâh SAW. memerintahkan agar lelaki tersebut dihukum; maka lelaki itu pun DIRAJAM. {HR. Bukhârî No. Hadis: 6316. Dan ad-Dârimî No. Hadis: 2212}.

Nabi SAW. juga bersabda:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَنَادَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى رَدَّدَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا شَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ دَعَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبِكَ جُنُونٌ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ أَحْصَنْتَ قَالَ نَعَمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اذْهَبُوا بِهِ فَارْجُمُوهُ. {رواه البخاري, مسلم, التّرمذي, النّسائ, أبوا داود, أحمد بن حنبل}.
“Yahyâ bin Bukair telah bercerita kepada kami (Bukhârî), dia (Yahyâ bin Bukair) berkata: “al-Laits telah bercerita kepada kami (Yahyâ bin Bukair) dari ‘Uqail dari Ibnu Syihâb dari Abû Salamah dan Sa’îd bin al-Musayyab dari Abû Hurairah, dia (Abû Hurairah) berkata: “Ada seorang lelaki datang menemui Rasûlullâh SAW; sedangkan Rasûlullâh SAW. berada di Masjid. Maka dia (seorang lelaki yang datang menemui Nabi SAW.) memanggil dan berkata kepadanya (kepada Nabi SAW): “Wahai Rasûlullâh SAW; sesungguhnya saya (seorang lelaki yang datang menemui Nabi SAW.) telah berzina, maka dia (Nabi SAW.) berpaling darinya (dari lelaki yang telah mengaku berzina tersebut), sehingga kejadian tersebut berulang-ulang hingga empat kali. Dan ketika dia (lelaki yang telah mengaku berzina tersebut) bersaksi empat kali atas dirinya sendiri, maka Nabi SAW. memanggilnya (memanggil lelaki yang telah mengaku berzina tersebut) dan berkata kepadanya (kepada lelaki yang telah mengaku berzina tersebut): “Apakah kamu (lelaki yang telah mengaku berzina) gila. Dia (lelaki yang telah mengaku berzina) berkata: “Tidak”. Dia (Nabi SAW.) berkata: “Apakah kamu (lelaki yang telah mengaku berzina) telah menikah (telah beristeri)”. Dia (lelaki yang telah mengaku berzina) berkata: “Iya”. Nabi SAW. bersabda: “Bawalah dan RAJAMLAH dia (rajamlah lelaki yang telah mengaku berzina tersebut)”. {HR. Imâm Bukhârî No. Hadis: 6317, 6325 dan 4866. Imâm Muslim No. Hadis: 3202. At-Tirmidzî No. Hadis: 1349. An-Nasâ-î No. Hadis: 1930. Abû Dawud No. Hadis: 3844. Dan Imâm Ahmad bin Hanbal No. Hadis: 13938 dan 9468}.

Serta sabda Nabi SAW:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ مَاعِزٌ الْأَسْلَمِيُّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّهُ قَدْ زَنَى فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ جَاءَ مِنْ شِقِّهِ الْآخَرِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ قَدْ زَنَى فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ جَاءَ مِنْ شِقِّهِ الْآخَرِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ قَدْ زَنَى فَأَمَرَ بِهِ فِي الرَّابِعَةِ فَأُخْرِجَ إِلَى الْحَرَّةِ فَرُجِمَ بِالْحِجَارَةِ فَلَمَّا وَجَدَ مَسَّ الْحِجَارَةِ فَرَّ يَشْتَدُّ حَتَّى مَرَّ بِرَجُلٍ مَعَهُ لَحْيُ جَمَلٍ فَضَرَبَهُ بِهِ وَضَرَبَهُ النَّاسُ حَتَّى مَاتَ فَذَكَرُوا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ فَرَّ حِينَ وَجَدَ مَسَّ الْحِجَارَةِ وَمَسَّ الْمَوْتِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. {رواه التّرمذي, إبن ماجه, أحمد بن حنبل}.
“Abû Kuraib telah bercerita kepada kami (at-Tirmidzî), dia (Abû Kuraib) berkata: “’Abdah bin Sulaimân telah bercerita kepada kami (Abû Kuraib) dari Muhammad bin ‘Amr, dia (Muhammad bin ‘Amr) berkata: “Abû Salamah telah bercerita kepada kami (Muhammad bin ‘Amr) dari Abû Hurairah, dia (Abû Hurairah) berkata: “Mâ’iz al-Aslamy datang dan berkata kepada Rasûlullâh SAW: “Sesungguhnya dia (Mâ’iz al-Aslamy) telah berzina, maka Rasûlullâh SAW. berpaling darinya (dari Mâ’iz al-Aslamy). Kemudian dia (Mâ’iz al-Aslamy) berkata dari sisi (arah) lain: “Wahai Rasûlullâh SAW; sesungguhnya dia (Mâ’iz al-Aslamy) telah berzina, maka Rasûlullâh SAW. berpaling darinya (dari Mâ’iz al-Aslamy). Kemudian dia (Mâ’iz al-Aslamy) berkata dari sisi (arah) lain: “Wahai Rasûlullâh SAW; sesungguhnya dia (Mâ’iz al-Aslamy) telah berzina. Maka untuk yang keempat Rasûlullâh SAW. memerintahkan untuk membawanya (membawa Mâ’iz al-Aslamy) ke Tanah Lapang (yang terdapat di padang pasir) kemudian dia (Mâ’iz al-Aslamy) DIRAJAM dengan batu-batu. Dan setiap orang yang datang, maka melemparinya (melempari Mâ’iz al-Aslamy) dengan kuat; hingga datanglah seseorang yang memiliki jenggot (janggut) yang bagus (indah) yang kemudian melemparinya (melempari Mâ’iz al-Aslamy). Dan semua orang melemparinya (dengan batu-batu) SAMPAI (Mâ’iz al-Aslamy) MATI. Maka kemudian mereka (orang-orang yang melempari Mâ’iz al-Aslamy) menceritakan hal tersebut kepada Rasûlullâh SAW: “Sesungguhnya dia (orang yang memiliki jenggot yang bagus atau indah tersebut) melemparinya (dengan batu-batu) dengan kuat hingga (Mâ’iz al-Aslamy) mati. Maka Rasûlullâh SAW. bersabda: “Tidak apa-apa, biarkanlah dia (biarkanlah orang yang memiliki jenggot yang bagus atau indah tersebut)”. {HR. At-Tirmidzî No. Hadis: 1348. Ibnu Mâjah No. Hadis: 2544. Dan Imâm Ahmad bin Hanbal No. Hadis: 9433}.

 


BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (Imâm Bukhârî/Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl bin
Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Ju’fî al-Bukhârî).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslim (Imâm Muslim/al-Imâm Abû al-Husain Muslim bin al-Haĵâj
Ibnu Muslim al-Qusyairî an-Naisâbûrî).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfizh Abû ‘Îsâ Muhammad
bin ‘Îsâ bin Saurah at-Tirmidzî).
Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal (Imâm Ahmad bin Hanbal/Ahmad bin Hanbal Abû
‘Abdullâh asy-Syaibânî).
Sunan Abî Dâwud (al-Hâfizh Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfizh al-Mushannif al-Mutqan Abî
Dâwud Sulaimân Ibnu al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).
Sunan ad-Dârimî (ad-Dârimî).
Sunan an-Nasâ-î al-Kubrâ (al-Hâfizh an-Nasâ-î/al-Hâfizh Abû ‘Abdurrahmân Ahmad bin
Syu’aib bin ‘Alî bin Bahr bin Sunân bin Dînâr an-Nasâ-î).
Sunan Ibn Mâjah (al-Hâfizh Ibnu Mâjah/al-Hâfizh Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Yazîd
al-Qazwînî Ibnu Mâjah).














[1] Ahmad Mudjab Mahallî dan Ahmad Rodli Hasbullâh. 2004. Hadis-hadis Muttafaq ‘Alaih, Bagian Munakahat dan Mu’amalat. Jakarta: Kencana. Hlm. 56-57.

[2] Ibid., hlm. 168-169.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar